Sunday, March 6, 2011

Menghadapi Takdir Perubahan

Jumat lalu, pengajian di kantor diisi oleh Ustadzah Herlini Amran, dengan topik "Takdir Perubahan", berikut sedikit catatan saya, semoga bermanfaat : -)

Al An'am ayat 59 :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Sesungguhnya segala sesuatu terjadi pasti Allah ketahui dan hanya dapat terjadi karena kehendak Allah.

Termasuk juga perubahan.

Dalam hidup perubahan adalah keniscayaan.Yang penting dalam Islam adalah bagaimana kita menyikapi.

Perubahan yang paling dahsyat adalah kehilangan nyawa, terutama orang yang selama ini selalu bersama kita. Pada perubahan lain, seperti perubahan dalam pekerjaan, pindah lokasi tugas, bahkan pensiun dini pun, kita masih memiliki pilihan.

Begitu dahsyatnya perubahan, Allah menurunkan banyak surat makiyyah, dengan ayat-ayat tentang perubahan. Agar manusia memikirkan dan memaknai perubahan. Dari yang dulu jahiliyah menjadi dalam petunjuk Allah.

Kita harus hati-hati dan sungguh-sungguh dalam menghadapi perubahan. Jangan lalai dan lengah, karena setan selalu mencari peluang untuk bermain.

Segala kejadian yang terjadi pada kita, secara umum disebut takdir.

Terdapat dua macam takdir.

Yang pertama adalah takdir mubrom. Yaitu takdir yang harus kita terima, yang ditetapkan dalam wewenang Allah.

Yang kedua adalah takdir muallaq. Yaitu takdir yang ditentukan oleh pilihan kita. Pilihan yang sudah kita pilih itulah yang menjadi takdir kita.

3 hal penting dalam menghadapi takdir :

1. Ikhlas, bahwa pilihan yang akan kita pilih adalah sudah Allah berikan yang terbaik. Ikhlas dilakukan bukan diucapkan.

2. Sabar, identik dengan ketabahan, keuletan, kegigihan, teguh pendirian, konsistensi. Tetap berusaha barangkali ada yang bisa kita ubah.

3. Syukur, bahwa dibandingkan dengan yang lain, sesungguhnya yang kita alami jauh lebih baik.

4. Doa, karena doa dapat mengubah takdir.

Jika kita menerima sesuatu yang tidak disukai, jangan pernah ucapkan "seandainya".
Yakinlah bahwa, "Ini takdir Allah, apa yg Allah kehendaki pasti terjadi".
Ucapkan, "Qadarallah, wa ma sya'a fa'ala"

Menerima segala kejadian adalah bagian dari rukun iman, yaitu beriman kepada qadha dan qadar, sehingga merupakan ujian bagi tingkat keimanan kita. Hati-hati karena syetan dapat masuk untuk menggoda, membuat kita berselisih, tidak syukur, atau tidak sabar. Dan hal ini berlaku juga untuk hal yang kecil, kejadian sehari-hari dalam hidup kita, seperti salah memilih jalan ternyata macet.

Dalam takdir muallaq, setelah kita pilih itulah yang menjadi takdir kita.

Yang harus juga diingat, takdir melalui proses dan hasil, hukum sebab akibat. Misalnya, kita meminta mangga, maka kita harus berusaha menanam mangga, dan merawatnya. Hasilnya, bisa berhasil atau gagal, itu adalah takdir.

Yang diperintahkan Allah kepada kita adalah beramal, berbuat, usaha, bergerak, beraktivitas. Hasilnya, serahkan pada Allah.

Apa yang menimpa bagi orang beriman pasti baik baginya. Jika baik ia bersyukur, jika buruk ia bersabar.

Harus diyakini bahwa hikmah pasti ada. Segala sesuatu bergantung bagaimana prasangka kita pada Allah. Kita harus berpandangan positif. Hindari hal negatif agar takdirnya tidak negatif.
Harus kita yakini bahwa apapun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita.

Usia, sudah Allah takdirkan. Namun, kita tidak mengetahui berapa takdir usia kita itu. Maka, kita harus terus berusaha. Karena tidak ingin takdir buruk, kita berdoa yang baik. Kita melakukan silaturahim dapat memperpanjang umur, memperbanyak rezeki. Kita mengikuti petunjuk kesehatan untuk memperpanjang umur, karena selalu ada hukum sebab akibat.
Tugas kita menjaga agar terjadi sebab-sebab yang baik, tetapi apa yang akhirnya Allah berikan, itulah yang menjadi takdir kita.

Jika kita tidak menerima takdir, jiwa bisa terganggu, stress.
Kita sebaiknya senantiasa berdoa , "Allahumma inna naudzubika min su'I'll qada".
Yang artinya, "Ya Allah hindarkan aku dari takdir yang buruk".

Membandingkan dengan orang lain diperbolehkan, dalam konteks berlomba dalam kebaikan. Bukan membandingkan dalam takdir untuk menyesali.

Salah satu cara mengubah takdir adalah bertawassul dengan amal kita. Memohon dengan mengandalkan amal soleh kita. "Ya Allah, aku telah bersedekah dengan ikhlas, berikanlah aku kemudahan dalam urusan ini". Dengan tawassul ini, di dunia kita memperoleh balasan, insya Allah juga di akhirat.

No comments:

Post a Comment