Sunday, April 17, 2011

Blog Baru :-)

Dear pembaca sekalian,

Mulai hari ini, 18 April 2011, blog saya pindah ke tempat baru ya..
Yaitu ke http://carik-catatan.blogspot.com/

Sementara blog ini masih tetap eksis, tapi tidak akan ada update..

Sampai jumpa di blog yang baru yaa.. :-)

Terima kasih..

Bunda Khadijah

Thursday, April 14, 2011

Tawakkal – Ciri Seorang Mukmin

Hari ini ceramah dzuhur tentang sikap tawakkal, disampaikan oleh Ust. Muhsinin Fauzi. Berikut yang bisa saya catat, semoga bermanfaat :-)

Di awal pembahasan tentang sikap tawakkal, digambarkan bahwa bagi mereka yang melakukan dosa pun, ketika bertaubat, sebaiknya tidak hanya berfokus kepada kesalahan, melainkan berfokus pada ampunan Allah. Jika ia lebih berfokus pada kesalahannya, maka ia dapat dianggap sebagai seseorang yang kurang ketergantungannya pada Allah.

Hal ini juga sejalan dengan pemahaman bahwa kita hidup di masa kini, maka fokuslah ke masa kini, bukan ke masa lalu. Sehingga jika kita telah melakukan dosa, kita sebaiknya lebih berfokus kepada ampunan Allah daripada ke dosa yang telah kita perbuat.

Tawakkal kepada Allah adalah rasa bersandar dan ketergantungan pada Allah, yang merupakan simbol kehambaan. Setelah keislaman, keimanan, maka yang berikutnya adalah tawakkal pada Allah, sebagaimana dalam doa ruku’ dan sujud kita.

Jika beriman maka kita akan bertawakkal. Tawakkal adalah implementasi iman rububiyah. Ekstrimnya, jika kita bertawakkal seperti tawakkal seekor burung, maka jika di pagi hari ia lapar, di sore hari ia akan kenyang, karena Allah akan berikan kecukupan.

Definisi Tawakkal pada Allah : menyerahkan urusan pada Allah disertai usaha semaksimal mungkin.

Definisi Menyerahkan, sepenuhnya menyerahkan, tidak ditarik kembali. Benar-benar pasrah, tidak ada keraguan bahwa Allah yang memiliki kekuasaan. Tidak ada pernyataan “Lalu nanti bagaimana?”

Contoh sikap pasrah adalah ketika Rasulullah diancam dengan pedang di leher, Rasulullah tidak melakukan gerakan apa pun, usaha apa pun, kecuali pasrah bahwa Allah yang akan menolong.

Sikap pasrah berlaku untuk urusan dunia maupun urusan akhirat. Contohnya ketika kita harus tetap yakin untuk dapat berhaji dengan pertolongan Allah walaupun gaji tidak memadai, atau ketika kita bergantung pada Allah untuk kesalehan anak, walaupun kita telah mengusahakan berbagai upaya pendidikan.

Jika kita telah pasrah, dan hasil yang diperoleh tidak sesuai, kita akan siap. Rasulullah ketika ada benda yang terjatuh akan berkata, “Sudah takdirnya.” Menghadapi berbagai masalah di perang Uhud dan perang Hunain, beliau tetap tenang. Karena dengan pasrah, hati akan senantiasa damai.

Dalam menyerahkan, maka ada dua faktor yang berperan :

Pertama, pengakuan mendalam Allah Mahakuasa, ma'rifatullah. Secara formal, kita pasti menyatakan bahwa Allah berkuasa. Namun secara “informal” kita sering tidak mengakui kekuasaan Allah. Contohnya ketika kita berkata, “Mana bisa tidak kerja mau makan. Mana bisa tidak sekolah lalu kaya.” Karena pada dasarnya Allah Mahakuasa, Allah dapat “menembus” sebab akibat. Serahkan pada Allah, maka tidak ada yang mustahil.

Yang kedua adalah kerendahan hati bahwa kita tak memiliki kuasa, bahwa kita adalah seorang hamba.

Seringkali kita baru dapat tawakkal pada saat benar-benar terdesak. Padahal dari awal, dalam kondisi apa pun, kita sebenarnya selalu tidak berdaya.

Seseorang hebat, sebenarnya karena Allah topang, sehingga terlihat hebat. Seseorang dapat menjadi direktur, karena Allah buat loyalitas pada karyawan dan seluruh bawahannya. Seorang wanita terlihat hebat dan berkuasa atas suaminya, karena Allah berikan rasa cinta pada suaminya, sehingga suaminya tunduk padanya. Seseorang memiliki uang banyak di bank, karena Allah jaga agar dia ingat dengan semua kekayaannya itu. Jika Allah cabut semua topangan, maka semua hilang begitu saja, dalam sekejap. Selesai.

Menjadi pedagang banyak kebaikan, karena dengan berdagang, seseorang berada dalam kondisi riskan, bisa untung bisa rugi, sehingga senantiasa memohon bantuan Allah. Karyawan yang rutin mendapatkan gaji, sering meremehkan peran Allah sebagai pemberi rezeki. Padahal perusahaan tempatnya bekerja pun bergantung dari kegiatan perdagangan. :-)

Ketika Allah berikan kondisi sehingga kita sempat tawakkal, bersyukur, sebenarnya itu adalah kabar baik. Segala naik turun dalam kehidupan, sebenarnya adalah kabar baik.

Dan yang penting diperhatikan adalah bahwa perlu ada keseimbangan antara pasrah dan usaha maksimal. Ada pemahaman bahwa pasrah dilakukan setelah usaha. Padahal pasrah dilakukan sejak awal, sejak pada proses azam. Maka pasrah dilakukan bersamaan dengan usaha.

Pasrah itu benar-benar menyerahkan diri, bahwa penyangga satu-satunya adalah Allah, sehingga ketika penyangga lepas, maka jatuhlah kita. Dalam doanya, Rasulullah senantiasa bersabda, “Jika Engkau tidak menangkan pasukan ini,.. Jika Engkau tidak berikan..” dst. Bahwa segala sesuatu benar-benar karena pemberian Allah.

Untuk usaha maksimal, maka kita mencontoh pada Rasulullah dalam menyebarkan hidayah. Rasulullah benar-benar tidak menyerah, tidak berhenti, dan tetap bertahan walaupun menghadapi berbagai rintangan yang begitu hebatnya.

Maka Definisi Usaha Maksimal :

Pertama, memberikan semua waktu sampai akhir hayat. Selama masih ada waktu, maka masih ada yang bisa dilakukan. Bahkan dalam hadits disampaikan, “Jika engkau mengetahui bahwa besok kiamat, dan di tanganmu masih ada sebuah biji, maka tanamlah.” Tak ada kata berhenti berbuat. Tak ada waktu untuk duduk manis.

Kedua, menggunakan semua potensi, yang biasanya dilandasi oleh panggilan jiwa dan keikhlasan. Dengan demikian, keberhasilan akan diterima dengan kedamaian dalam hati, kegagalan akan diterima dengan lapang dada. Sebagaimana pasukan muslim yang tidak nelangsa dalam perang Uhud dan Hunain, karena meyakini itu adalah keputusan Allah. Kita tidak perlu merasa besar karena keberhasilan, dan juga tidak merasa kecil karena kegagalan.

Ketiga, menggunakan semua kemungkinan, karena selalu masih ada kemungkinan. Tidak ada kata menyerah, terutama dalam dakwah. Keberhasilan bukan ketika menggapai sesuatu, tetapi ketika mampu melewati kegagalan dan masalah. Insya Allah nanti Allah akan berikan keberhasilan.

Kesempurnaan pasrah dan usaha adalah ketika kita pasrah seakan-akan tidak melihat usaha, dan kita berusaha seakan-akan tidak melihat pasrah. Jika ada ketidakseimbangan, maka belum sempurna.

Jika telah tawakkal, maka kita akan ridha kepada Allah. Hasil apa pun kita puas. Kita akan menikmati kemenangan-kemenangan kecil, dan tetap dapat mempertahankan motivasi. Kegagalan tidak dianggap sebagai kegagalan, karena kegagalan sebenarnya adalah bagian dari proses.

Kita menyerahkan urusan bukan hanya pada hasil, tapi juga pada sebab dan proses. Jika hasilnya baik, biasanya karena prosesnya baik. Jika hasilnya tidak baik, tetap jalani prosesnya, mudah-mudahan akan menjadi baik.

Proses disikapi dengan ridha. Seperti ketika Rasulullah yang selama 13 tahun berdakwah seperti tidak ada hasilnya. Tahapannya adalah syukur, sabar, tawakkal, baru kemudian ridha. Ridha dapat didefinisikan sebagai rasa sangat puas, menerima dgn suka cita. Termasuk juga dalam kaitan dakwah.

Sikap tawakkal adalah termasuk salah satu amalan hati yang wajib.

Manfaat dari sikap tawakkal :
1. Menambah poin kesempurnaan iman (di antara 10 faktor kesempurnaan iman).
2. Memberikan suasana bahagia dan nyaman, karena kita senantiasa ridha pada proses dan hasil.
3. Memberikan kualitas ibadah. Jika kepasrahan baik, penerimaan baik, maka ibadah baik.
4. Allah akan mencukupi

Tawakkal adalah cara luar biasa yang Alalh berikan pada mukmin untuk mencapai tujuan. Ketika kita menyerah dan pasrah, Allah justru akan berikan. Berbeda dengan ketika kita bergantung pada manusia, biasanya manusia justru kesal. Tapi Allah justru senang ketika kita hanya bergantung pada-Nya.

Beriman kepada Allah itu lezat, ada rasanya. Salah satu kue keimanan adalah pada sikap tawakkal.

Dzikir untuk meningkatkan tawakkal : Hasbiyallah wa ni'mal wakil.

Monday, April 11, 2011

Mimpi

Katanya jika kita punya mimpi, sebaiknya kita deskripsikan dengan detil, lebih baik lagi kalau dituliskan. Bagaimana pun mimpi adalah harapan, dan harapan adalah doa, dan doa dapat memudahkan terwujudnya kenyataan.

Maka, hari ini saya akan tuliskan mimpi saya, untuk di hari tua nanti :-) Ceritanya saya sudah berusia 50 tahun :-) Anak-anak saya sudah berusia 22 tahun, 21 tahun, dan 14 tahun. Satu anak kuliah di Saudi Arabia, satu di Bandung, satu sekolah boarding di Tangerang.

Saya sendiri sudah sekitar 10 tahun punya perusahaan yang cukup besar, bergerak di bidang kesehatan alami, dengan karyawan sekitar 2000 orang. Suami saya sudah memiliki usaha sendiri juga, setelah berhenti terhormat sebagai Direktur Utama di perusahaan tempat dia bekerja. Dia juga aktif di berbagai organisasi sosial. Anak-anak saya juga sudah memiliki bisnisnya masing-masing, yang dijalankan sembari sekolah, melalui internet.

Saya dan suami sudah tidak sesibuk ketika masih muda, dan suami sedang rajin-rajinnya mendekatkan diri kepada Allah. Dia sudah hafal 20 juz, berusaha menyusul saya yang sudah hafal lebih dari 20 juz. Saya mendampingi suami shalat 5 waktu di masjid dekat rumah, yang juga dekat dengan kantor kami masing-masing.

Sebulan sekali kami menengok anak saya Saudi Arabia, dan menikmati shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Sebulan sekali juga kami menengok ke Bandung dan Tangerang, atau mereka yang pulang ke rumah kami.

Hehehe, sekian dulu mimpi sore ini, mohon doanya semoga menjadi kenyataan :-)

Sunday, April 10, 2011

Yuk Kita Ganti "Cape Deh" dan "EGP"

Kalimat "Cape Deh" dan "Emang Gue Pikirin", sudah menjadi kalimat yang umum diucapkan. Malah untuk "Emang Gue Pikirin" sudah ada singkatannya, EGP, yang semua orang sudah langsung mafhum. Kedua kalimat itu begitu ringan diucapkan, namun sebenarnya jika ditelaah lebih jauh, merefleksikan sikap umum orang Indonesia, yang sayangnya negatif.

Mohon maaf sebelumnya untuk yang sering mengucapkan ya.. Saya juga kadang-kadang mengucapkan, tapi mudah-mudahan ke depan bisa dihilangkan :-)

"Cape Deh" mencerminkan sikap malas, menghindari pekerjaan, berkontribusi minimal (tapi mengharap hasil maksimal), mudah menyerah, dan tidak bersemangat. Dan memang demikian pada umumnya sikap orang Indonesia. Kalau ada pembagian tugas, cenderung memilih yang ringan, lalu bisa cepat istirahat. Kalau ada pekerjaan, dihadapi dengan setengah hati, dikerjakan sekenanya, lalu segera istirahat. Orang Indonesia cenderung tidak memandang bekerja sebagai hal yang terhormat. Bekerja dianggap melelahkan, berkonotasi kalangan bawah. Kalangan atas bersantai dan dilayani.

"Emang Gue Pikirin", menunjukkan sikap apatis, tidak peduli, juga ada unsur malas, mementingkan diri sendiri, egois, dan oportunis, juga tidak punya rasa malu dan rasa bersalah. Hal ini mudah sekali terlihat di sekitar kita. Orang saling berebutan jalur di jalan, orang menyerobot di antrian, si kaya jor joran padahal di sekitarnya banyak orang yang kurang mampu.

Memang, saya yakin tidak semua orang Indonesia seperti itu. Namun, menjamurnya kalimat ini akan semakin memperluas sikap-sikap buruk tadi. Coba kita lihat lagi kalimat-kalimat lain yang sempat ngetop juga. Gubrak, Sumpe Lo, Jayus, Lebay, misalnya. Mana ya, yang berkonotasi produktif, membangkitkan semangat?

Oya ada satu yang bagus, yang dimasyarakatkan oleh Pandji, "Bisa!". Tapi sayangnya kurang bergaung menjadi bahasa gaul ya?

Yuk kita mulai, saya coba usul beberapa kalimat yang mudah-mudahan cukup "menjual" untuk jadi trend :-)
Semangat Jaya! (disampaikan kepada orang yang sedang kurang bersemangat)
Kerja Dooong! (diucapkan dengan bangga oleh seseorang yang sedang sibuk)
Malu Kalee! (diucapkan kepada orang yang melakukan kesalahan/pelanggaran)
Boleh Aaah! (diucapkan oleh seseorang yang sukses melakukan sesuatu, yang sering dianggap "lebay" oleh yang lain)

Kalau ada ide kata-kata lain, silakan digaungkan di pergaulan, diusulkan di sini juga boleh, nanti kita gaungkan di sini :-) Atau kalau punya teman yang selebriti atau tokoh masyarakat, bisa tolong dititipkan untuk menggaungkan :-) Mudah-mudahan diawali dengan kalimat-kalimat ringan, pelan-pelan kita bisa memperbaiki sikap seluruh bangsa Indonesia.

Wehehe.. Boleh aahh, bercita-cita setinggi langit :-) Kita sebagai orang tua, paling tidak bisa memulainya untuk anak-anak kita. Kalaulah orang-orang dewasa Indonesia sudah tidak bisa diubah, paling tidak kita punya harapan bahwa generasi mendatang akan lebih baik. Oke sementara itu dulu. Mungkin ada yang tanya, "Kok udahan?". Saya akan jawab, "Udah dulu ya. Boleh aah. Mau kerja doong. Masak email-emailan terus. Malu kaleee." :-)

Thursday, April 7, 2011

Indahnya Menjadi Ahli Masjid

Kamis siang ini, Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ust. Sukeri Abdillah, MBA., dengan judul Keutamaan Ahli Masjid.

Salah satu keutamaan Ahli Masjid adalah sebagaimana pada hadits, “Jika engkau melihat seseorang yang ke masjid setiap shalat 5 waktu, maka catatlah bahwa ia adalah seorang mukmin.” Maka tanda orang beriman adalah kehadirannya ke masjid di setiap shalat 5 waktu.

Selain itu, rumah Allah di bumi adalah masjid. Dan Allah mewajibkan diri-Nya untuk memuliakan org yang mengunjungi rumah-Nya Hal ini berkaitan dengan hadits, “Ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamu.”
Maka Allah pun akan memuliakan mereka yang hadir di rumah-Nya.

Adapun kita sebagai tamu di rumah Allah, adab ketika memasuki masjid adalah segera melakukan shalat 2 rakaat tahiyatul masjid. Bahkan kita disarankan untuk tidak menyapa siapa pun sebelum melakukan shalat sunnah tersebut, walaupun orang itu adalah orang yang sangat kita hormati.

Ada sebuah kisah tentang seorang pedagang yang hijrah dari Sumatera ke Jakarta. Ia memulai usahanya dengan berdagang kecil-kecilan di pasar. Sebelum mulai berdagang, ia terlebih dahulu shalat subuh di masjid di dekat pasar itu. Jika tiba waktu dhuha, maka dagangan ia tinggalkan, dan ia pun melakukan shalat Dhuha. Jika menjelang waktu shalat, ia bersiap 30 menit sebelumnya, dan melakukan shalat. Dzuhur, Ashar, dan Maghrib di masjid. Selesai Maghrib, ia tinggal di masjid, mendengarkan berbagai kajian, yang semakin memperluas wawasan keislamannya.

Saat ini dia telah menjadi pengusaha sukses, dengan zakat mal sejumlah Rp 150 juta setiap tahunnya. Jika 150 juta adalah 2.5%, maka simpanannya adalah sebesar Rp 6 milyar. Belum lagi hasil usahanya setiap tahun. Namun ia tetap rendah hati, tidak silau dengan kemilau dunia. Menurutnya, jabatan, harta, tidak lebih hanya sebagai fasilitas. Jika telah dirasakan, tidak ada perbedaan yang nyata antara mobil murah dengan mobil termahal sekalipun.

Di usianya yang telah 80 tahun saat ini, beliau masih selalu shalat Subuh di masjid, dan tiba 30 menit sebelum adzan berkumandang. Beliau masih sangat energik, dan tidak menderita sedikit pun penyakit kronis. Penyakit-penyakit ringan biasanya sembuh diobati dengan madu. Tidak pernah dalam hidupnya beliau menggunakan obat-obat kimia.

Ini menjadi bukti, bahwa mereka yang menjadi Ahli Masjid, akan dihormati Allah, dijaga oleh Allah, baik di dalam masjid maupun di luar masjid. Mereka akan senantiasa berada dalam kelompok org yg selalu berada dalam hidayah Allah. Allah akan mudahkan dan bantu agar mereka senantiasa ringan untuk datang ke masjid.

Kembali ke pengusaha ahli masjid tadi, beliau juga tidak pernah putus shalat tahajjud dan dhuha sejak hijrah ke Jakarta itu. Pernah ditanyakan, apakah pernah merasa berat untuk shalat tahajjud? Jawabannya mengagumkan, “Justru saya merasa berat untuk melanjutkan tidur, ketika jam biologis sudah membangunkan saya untuk shalat tahajjud.” Subhanallah, bagi ahli masjid, Allah akan ringankan hati dan raganya agar terus dapat mendatangi masjid-Nya.

Seperti hadits yang sudah sering kita dengar, tentang perumpamaan sebuah sungai yang mengalir di depan rumah seseorang, dan ia mandi di sana 5 kali sehari, apakah ada kotoran yang tersisa? Sungguh tidak ada. Maka demikian pula dengan shalat 5 waktu, Allah hapuskan dosanya seiring dengan shalatnya, seiring dengan kehadirannya di masjid. Sesungguhnya setiap langkah ke masjid menghapus dosa langkah sebelumnya. Seperti daun kering yang ditiup angin.

Jika kita coba bayangkan, seseorang yang shalat 5 waktu ke masjid, lalu di luar waktu-waktu shalat itu ia bekerja, menunaikan kewajiban, mencari nafkah. Akankan ada kesempatan untuk melakukan maksiat? Sungguh tidak akan sempat! Ia akan menjadi sangat sibuk, menata waktunya sebaik mungkin, agar sempat untuk melakukan shalat 5 waktu di masjid.

Saat ini masih banyak muslim yang belum merasakan pentingnya, indahnya, utamanya menjadi ahli masjid. Bahkan ketika adzan shalat Jum’at telah berkumandang, masih ada mereka yang masih bertransaksi dengan pedagang di luar masjid, masih merokok, masih makan di kantin masjid. Jika kita perhatikan kehidupan mereka, maka Allah akan jadikan kehidupan biasa saja. Mereka sering kali belum meraih kehidupan yang maksimal, karena mereka juga belum memberikan yang maksimal pada Allah.

Lalu siapa yang berperan untuk menyebarluaskan keutamaan menjadi ahli masjid ini? Hal ini harus disebarluaskan secara getok tular. Kita semua harus berperan sebagai pendakwah bagi orang di sekitar kita, kita perlakukan semua orang di sekitar kita sebagai sasaran dakwah kita. Agar kita dapat melakukannya dengan ikhlas, lakukan dengan tanpa pamrih kecuali pada Allah, dan lakukan untuk makhluk hanya jika memberi dengan cinta.

Kita bisa belajar banyak dari orang Jepang, yang tetap tertib dan tenang ketika menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami beberapa waktu yang lalu. Pendidikan di Jepang dimulai di setiap rumah, dan di lingkungan. Bayi sejak berusia 3 bulan, dititipkan di penitipan anak dan diajarkan kemandirian. Anak di usia TK diajarkan rasa malu untuk berbuat salah. Ketika ia dibantu untuk memasang sepatu, misalnya, maka ia akan lepaskan kembali sepatu itu, ia ulangi memasangnya seperti yang telah dicontohkan. Di usia SD, anak diajarkan tentang kemandirian, tanggung jawab, dan rasa malu melakukan kesalahan. Setelah SMA, mereka bekerja mencari uang untuk kuliah.

Para guru mengajar dengan penuh tanggung jawab. Bagi mereka, mengajar bukan sekedar memastikan para murid lulus, tapi juga mereka bertanggung jawab sampai para murid itu bekerja bahkan sampai akhir hayat para guru. Maka mereka berusaha mewariskan seluruh ilmunya, agar para murid bisa menjadi lebih baik dari para gurunya.

Dari masyarakat Jepang, kita bisa belajar tentang keutamaan dalam kehidupan. Namun sebenarnya Islam punya kekuatan yang lebih. Islam punya konsep keimanan, koneksi Ilahiyah. Maka marilah kita berbagi, getok tolar, agar kita semakin mendapatkan kemakmuran dengan berbagi.

Di hari akhir nanti, ada 7 kelompok manusia yang mendapatkan naungan, salah satunya adalah orang yang hatinya terikat ke masjid. Subhanallah. Perlindungan Allah bagi ahli masjid sungguh luas, di dalam masjid, di dunia, bahkan sampai di padang mahsyar hari akhir. Marilah kita berdoa semoga keluarga kita termasuk ke dalam golongan ahlul masjid.. Aamiin....

Sunday, March 6, 2011

Wahai Ibu, Kuatlah!

Kemarin anak saya yang kelas 3 dan 5 SD ada acara menginap di sekolah.

Saya selalu sangat gembira menyambut acara ini. Anak-anak belajar mandiri dan mengelola berbagai keperluannya sendiri. Hidup bersama teman dan guru, terpisah dari orang tua yang senantiasa membantu.

Dan yang paling saya suka adalah mereka belajar hidup dalam lingkungan yang tertata secara Islam. Shalat pada waktunya secara berjamaah dan shalat tahajjud.

Dalam beberapa kali acara mabit ini, saya kemungkinan termasuk ibu yang paling cuek. Saya lepaskan mereka pagi hari di rumah berangkat dengan supir, dengan segala perlengkapan menginap. Lalu saya jemput lagi keesokan paginya.

Sedangkan ibu-ibu lain terlihat cukup heboh, mengkhawatirkan bagaimana nanti mereka mandi, apakah mereka memakai baju tangan panjang ketika kegiatan malam, apakah boleh ditengok sesering mungkin, dan sebagainya, dan sebagainya :-)

Sedangkan "intervensi" saya yang paling jauh adalah mengirimkan SMS kepada guru, memastikan anak saya baik-baik saja. Saya belum pernah sampai menengok mereka di sekolah, apa lagi sampai beberapa kali dalam semalam.

Namun itu bukan berarti saya tidak sayang, tidak peduli dengan keadaan anak-anak saya. Justru saya menyayangi mereka dengan memberikan kepercayaan. Saya percaya bahwa mereka bisa mandiri, bahwa mereka bisa mengatur diri sendiri, bisa memutuskan mana yang terbaik untuk mereka dalam skala menginap semalam.

Dan bagi saya, persoalan-persoalan yang dihadapi justru merupakan latihan bagi mereka menghadapi hidup. Bahwa segala sesuatu tidak selalu berjalan mulus.

Bahwa antri untuk mandi memang kadang-kadang terjadi, dan harus dinikmati. Bahwa baju-baju kotor harus dilipat dan dimasukkan ke plastik agar tidak mengotori baju bersih. Bahwa handuk basah harus dipisah dengan baju kering. Bahwa tidur di lantai di ruangan ber-AC itu dingin, dan mereka harus menggunakan kantong tidurnya. Bahwa walaupun ada teman yang berisik, kita harus mencoba untuk tidur.

Bagi saya menginap semalam ini adalah tahap persiapan untuk kemandirian berikutnya. Menginap bermalam-malam, kos, atau sekolah di pesantren. Dan itu tidak lama lagi. Jika dimulai di SMA, untuk anak saya yang kelas 5 SD, artinya 4 tahun lagi. Jika dimulai ketika kuliah, artinya 7 tahun lagi.

Dan finalnya, hidup mandiri selamanya. Juga tidak lama lagi, 12 tahun lagi saja.

Maka, ayolah Ibu, kuatlah. Lepaskan anakmu. Agar dia menjadi manusia yang mandiri, bisa menyelesaikan persoalannya sendiri.

Kita berpacu dengan waktu. Jangan biarkan rasa sayang kita justru menjadi belenggu bagi kemandirian mereka. Kita tidak mungkin akan bisa mendampingi mereka selamanya. Dan juga dalam kondisi yang belum bisa sama sekali kita bayangkan.

Kuatlah Ibu, agar anakmu menjadi manusia yang kuat.

Menghadapi Takdir Perubahan

Jumat lalu, pengajian di kantor diisi oleh Ustadzah Herlini Amran, dengan topik "Takdir Perubahan", berikut sedikit catatan saya, semoga bermanfaat : -)

Al An'am ayat 59 :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Sesungguhnya segala sesuatu terjadi pasti Allah ketahui dan hanya dapat terjadi karena kehendak Allah.

Termasuk juga perubahan.

Dalam hidup perubahan adalah keniscayaan.Yang penting dalam Islam adalah bagaimana kita menyikapi.

Perubahan yang paling dahsyat adalah kehilangan nyawa, terutama orang yang selama ini selalu bersama kita. Pada perubahan lain, seperti perubahan dalam pekerjaan, pindah lokasi tugas, bahkan pensiun dini pun, kita masih memiliki pilihan.

Begitu dahsyatnya perubahan, Allah menurunkan banyak surat makiyyah, dengan ayat-ayat tentang perubahan. Agar manusia memikirkan dan memaknai perubahan. Dari yang dulu jahiliyah menjadi dalam petunjuk Allah.

Kita harus hati-hati dan sungguh-sungguh dalam menghadapi perubahan. Jangan lalai dan lengah, karena setan selalu mencari peluang untuk bermain.

Segala kejadian yang terjadi pada kita, secara umum disebut takdir.

Terdapat dua macam takdir.

Yang pertama adalah takdir mubrom. Yaitu takdir yang harus kita terima, yang ditetapkan dalam wewenang Allah.

Yang kedua adalah takdir muallaq. Yaitu takdir yang ditentukan oleh pilihan kita. Pilihan yang sudah kita pilih itulah yang menjadi takdir kita.

3 hal penting dalam menghadapi takdir :

1. Ikhlas, bahwa pilihan yang akan kita pilih adalah sudah Allah berikan yang terbaik. Ikhlas dilakukan bukan diucapkan.

2. Sabar, identik dengan ketabahan, keuletan, kegigihan, teguh pendirian, konsistensi. Tetap berusaha barangkali ada yang bisa kita ubah.

3. Syukur, bahwa dibandingkan dengan yang lain, sesungguhnya yang kita alami jauh lebih baik.

4. Doa, karena doa dapat mengubah takdir.

Jika kita menerima sesuatu yang tidak disukai, jangan pernah ucapkan "seandainya".
Yakinlah bahwa, "Ini takdir Allah, apa yg Allah kehendaki pasti terjadi".
Ucapkan, "Qadarallah, wa ma sya'a fa'ala"

Menerima segala kejadian adalah bagian dari rukun iman, yaitu beriman kepada qadha dan qadar, sehingga merupakan ujian bagi tingkat keimanan kita. Hati-hati karena syetan dapat masuk untuk menggoda, membuat kita berselisih, tidak syukur, atau tidak sabar. Dan hal ini berlaku juga untuk hal yang kecil, kejadian sehari-hari dalam hidup kita, seperti salah memilih jalan ternyata macet.

Dalam takdir muallaq, setelah kita pilih itulah yang menjadi takdir kita.

Yang harus juga diingat, takdir melalui proses dan hasil, hukum sebab akibat. Misalnya, kita meminta mangga, maka kita harus berusaha menanam mangga, dan merawatnya. Hasilnya, bisa berhasil atau gagal, itu adalah takdir.

Yang diperintahkan Allah kepada kita adalah beramal, berbuat, usaha, bergerak, beraktivitas. Hasilnya, serahkan pada Allah.

Apa yang menimpa bagi orang beriman pasti baik baginya. Jika baik ia bersyukur, jika buruk ia bersabar.

Harus diyakini bahwa hikmah pasti ada. Segala sesuatu bergantung bagaimana prasangka kita pada Allah. Kita harus berpandangan positif. Hindari hal negatif agar takdirnya tidak negatif.
Harus kita yakini bahwa apapun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita.

Usia, sudah Allah takdirkan. Namun, kita tidak mengetahui berapa takdir usia kita itu. Maka, kita harus terus berusaha. Karena tidak ingin takdir buruk, kita berdoa yang baik. Kita melakukan silaturahim dapat memperpanjang umur, memperbanyak rezeki. Kita mengikuti petunjuk kesehatan untuk memperpanjang umur, karena selalu ada hukum sebab akibat.
Tugas kita menjaga agar terjadi sebab-sebab yang baik, tetapi apa yang akhirnya Allah berikan, itulah yang menjadi takdir kita.

Jika kita tidak menerima takdir, jiwa bisa terganggu, stress.
Kita sebaiknya senantiasa berdoa , "Allahumma inna naudzubika min su'I'll qada".
Yang artinya, "Ya Allah hindarkan aku dari takdir yang buruk".

Membandingkan dengan orang lain diperbolehkan, dalam konteks berlomba dalam kebaikan. Bukan membandingkan dalam takdir untuk menyesali.

Salah satu cara mengubah takdir adalah bertawassul dengan amal kita. Memohon dengan mengandalkan amal soleh kita. "Ya Allah, aku telah bersedekah dengan ikhlas, berikanlah aku kemudahan dalam urusan ini". Dengan tawassul ini, di dunia kita memperoleh balasan, insya Allah juga di akhirat.

Tuesday, March 1, 2011

When I See You Smile - Dibayangkan Dengan Cara Lain

Ini sebenernya lagu cinta, di jaman saya masih muda dulu *halah..
Tapi teksnya bisa diarahkan jadi lagu spiritual, memberi semangat, dengan kita ganti "you" nya dengan Allah..
Walaupun kita tidak bisa mengandaikan Allah tersenyum, saya coba bayangkan ketika itu Allah ridha dengan yang kita jalani..

Selamat membayangkan dan selamat bersemangat.. :-)

Oya saya ambil liriknya dari googling, mohon maaf kalau ada salah2 kata..

When I See You Smile
Bad English

Sometimes I wonder
How I'd ever make it through,
Through this world without having you
I just wouldn't have a clue

'Cause sometimes it seems
Like this world's closing in on me,
And there's no way of breaking free
And then I see you reach for me

Sometimes I wanna give up
I wanna give in,
I wanna quit the fight
And then I see you, baby
And everything's alright, everything's alright

When I see you smile
I can face the world,
oh oh, you know I can do anything

When I see you smile
I see a ray of light,
oh oh, I see it shining right through the rain

When I see you smile
Oh yeah, baby when I see you smile at me

Baby there's nothing
in this world that could ever do
What a touch of your hand can do
It's like nothing that I ever knew

And when the rain is falling
I don't feel it, 'cause you're here with me now
And one look at you baby
Is all I'll ever need, you're all I'll ever need

Chorus

Sometimes I wanna give up
I wanna give in,
I wanna quit the fight
And then I see you baby
And everything's alright, everything's alright
So right...

Thursday, February 24, 2011

Daftar Belanja untuk Bayi Baru Lahir

Buat Moms yang mau melahirkan, selamat yaa.. Semoga lancar, anak dan ibunya sehat..
Wah, pasti lagi semangat banget ya.. plus harap-harap cemas, gimana nanti rasanya punya bayi.. :-) Seru kok Moms.. Menyenangkan (meskipun lelah) dan takkan terlupakan.. Dan melihat bayi kita tertidur pulas, adalah pemandangan yang paling indah di dunia.. :-)

Aku coba buat daftar belanja buat persiapan menyambut bayi baru.. Sebagai referensi saja, jumlahnya silakan disesuaikan dengan kondisi masing-masing.. Belanjanya, aku sendiri belanja online, xixixi, udah males pergi-pergi dengan perut gendut :-D

Oya, informasi aja, aku nggak pakaikan bayiku bedak, lotion, karena anakku alergi :-)

Kita mulai yaa..

Untuk bayi - baju dan teman2nya :

12 baju tangan pendek (kancing depan)
6 baju tangan panjang (kancing depan)
6 baju tangan buntung (kancing depan, untuk pengganti kaus dalam,dipasang dengan kancing di belakang)
12 celana pendek
6 celana panjang
12 Sarung kaki (sarung kaki lebih banyak, karena biasanya ikut basah ketika bayi pipis)
6 Sarung tangan
6 Topi (terutama dipakai jika bayi baru dicukur habis)
24 Popok segi empat
10 Popok plastik (pelapis popok segi empat supaya tidak tembus)
6 Cloth diaper
12 Bedong
6 Gurita (beberapa menyarankan tidak usah)
2 Selimut
1 Selimut kepala
2 Perlak kecil (20x30 cm, untuk ganti2 popok)
2 Perlak karet besar (untuk alas bak mandi dan alas setelah mandi)
2 Perlak plastik berlapis kain (alas tidur, supaya pipis tidak tembus ke kasur)

Untuk bayi - perlengkapan pendukung :

1 Tas kecil
1 Tas besar
1 Gendongan
1 Gunting kuku bayi
1 Sikat gigi bayi (buat nanti kalau sudah ada gigi, kalau belum pakai kain kasa yang direndam air hangat)
Minyak telon
Kapas bulat (bisa dari kapas kiloan, yang dibuat sendiri jadi bulat2, direndam air hangat, untuk pembersih bayi setelah pipis/pup, jangan gunakan tisu basah)
1 Tempat kapas basah
2 Kain kasa (untuk pembungkus pusar sebelum puput, beberapa RS memberikan alcohol swab)
Alkohol (untuk pusar sebelum puput)
Sabun bayi
Sampo bayi
6 Waslap
2 Handuk
6 Handuk kecil / sapu tangan
6 Alas makan (yang buat di dada itu loh moms, bayi kan makannya suka tumpah2)
1 set alat makan bayi

Buat bayi - peralatan yang agak besar :

1 Bak mandi
1 Keranjang baju
1 Jemuran baju
1 Kereta dorong
2 Ember kecil (untuk meletakkan baju kotor di kamar)
1 Box bayi
1 Keranjang bayi
1 Kursi makan (buat nanti kalau sudah bisa makan)
1 Bantal guling kecil
2 Bantal bolong / bantal peyang
2 Sarung bantal guling

Buat Ibu :
Pembalut (untuk nifas, pakai pembalut kain ya Moms, go green :-))
Kain
Gurita
Bra menyusui
Breast pad (ada yang dari kain juga)

Buat Ibu Bekerja ASI Eksklusif jalan terus yaaa :
Breast Pump (kalau nggak sukses pemerahan manual)
30 Botol ASIP (tergantung hasil perahan)
1 cooler bag
1 ice pack
1 pack label kecil (untuk menandai jam ASIP)

Demikian ya Moms, semoga bermanfaat, selamat berbelanja dan menikmati hari-hari bersama bayi baru :-)

Inspirasi Satu Jam

Pagi ini saya menerima pesan dari seorang teman, bagus sekali. Saya copy paste di sini ya.
Kepada penulis awalnya, saya mohon izin ya, karena saya tidak memperoleh informasi penulis awalnya. Oya saya edit sedikit beberapa katanya supaya sesuai dengan yang saya suka :-)

Selamat terinspirasi.. :-)

Inspirasi Satu Jam
(Dialog kecil mempunyai arti besar )

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :
"Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita...?"

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :
"Tidak, Nak..."

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi...
"Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun...?"

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

"Oh Ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan...?"

Ayahnya tertawa...
"Mungkin tidak bisa juga, Nak..."

"OK Ayah, ini yang terakhir kali... Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja...?"

Akhirnya ayahnya mengangguk.
"Kemungkinan besar, bisa, Nak..."

Anak ini tersenyum lega...
"Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, Ayah...
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar... "

Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati...
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini...
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun...
Akan menjadikan kita terbiasa...
Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat...
Dan sifat akan berubah jadi karakter...
Dan karakter akan menjadi destiny...

Hiduplah 1 jam tanpa :

Tanpa kemarahan,
Tanpa hati yang jahat,
Tanpa pikiran negatif,
Tanpa menjelekkan orang,
Tanpa keserakahan,
Tanpa pemborosan,
Tanpa kesombongan,
Tanpa kebohongan,
Tanpa kepalsuan...

Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya...

Hiduplah 1 Jam Dengan :

Dengan kasih sayang kepada sesama...
Dengan damai,
Dengan kesabaran,
Dengan kelemah lembutan,
Dengan kemurahan hati,
Dengan kerendahan hati..

Dengan ketulusan kita belajar dari sekarang...
Semoga kita bisa memulainya ....

Aamiin..

Wednesday, February 23, 2011

Ujian Ikhlas

Dalam bahasa Indonesia, ikhlas didefinisikan sebagai rasa tulus, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balas jasa dan penghargaan. Biasanya dalam percakapan, sering diucapkan, "Bener nih, ikhlas ya?", dan jawabannya, "Iya bener kok, saya ikhlas."

Dalam Islam, definisi ini cukup relevan, hanya perlu sedikit tambahan. Yaitu, rasa tulus, tanpa pamrih, tanpa mengharap balas jasa dan penghargaan dari sesama manusia. Rasa bahwa kita melakukan sesuatu hanya untuk Allah, hanya mengharapkan ridha-Nya. Jika dilandasi dengan ikhlas, kita melakukan sesuatu karena yakin hal itu adalah hal yang benar, yang akan membawa kita kepada ridha Allah.

Karena itu, dalam konteks ikhlas dalam Islam, pertanyaan tadi, "Bener nih, ikhlas ya?" akan menjadi pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena jika kita benar-benar ikhlas, melakukan itu karena Allah, bagi kita hanya Allah yang perlu mengetahui kepastiannya.

Dengan landasan ikhlas, kita tidak memerlukan apresiasi dari siapa pun. Reaksi orang lain, baik itu memuji ataupun mencela, menyalahkan atau membenarkan, tidak mempengaruhi keberlanjutan apa yang kita lakukan.

Pujian dan apresiasi cukup dibalas dengan ucapan terima kasih, sebagai penghargaan atas kebaikan hati orang itu. Tetapi dalam hati kita, pujian itu dikembalikan kepada Allah, yang telah membimbing kita selama melakukan hal tersebut. Segala puji hanya bagi-Nya.

Kritik dan celaan diterima tidak menjadikan kita frustasi, tetapi kita anggap sebagai masukan bahwa memang masih banyak hal yang perlu diperbaiki.

Kita tidak akan pernah merasa putus asa, karena kita berorientasi pada proses, hasil akhir bukan di dunia, kita selalu masih bisa melakukan sesuatu.

Kita juga tidak akan pernah menuntut. Tidak akan ada ucapan, "Aku kan sudah buat ini, harusnya kamu begini dong". Kalaupun kita meminta seseorang melakukan sesuatu, tidak lain adalah untuk kebaikan orang itu sendiri.

Kita tidak akan pernah merasa kecewa di dunia, karena memang kita tidak mensasar suatu target. Target di dunia kita jadikan standar kualitas proses, semata-mata untuk memastikan bahwa kita telah melakukan hal yang benar secara hukum alam di dunia.

Namun, ikhlas bukan berarti pasrah dan tidak produktif. Ikhlas justru membuat seseorang ingin terus beramal, berkarya, untuk Dia yang diharapkan ridha-Nya.

Segala reaksi yang terjadi atas apa yang kita lakukan di dunia, hanya kita masukkan ke zona rasio. Jika reaksinya baik artinya kita bisa lanjutkan proses tersebut. Jika reaksinya kurang baik, maka kita cari solusi untuk perbaikan.

Segala reaksi tersebut tidak kita masukkan ke zona hati. Reaksi baik tidak menimbulkan rasa bangga, apa lagi sombong. Reaksi buruk tidak menimbulkan rasa kecewa, apa lagi frustasi dan putus asa.

Karena yang terpenting adalah jangan sampai kita kecewa di akhirat nanti. Di hari ketika segala upaya tidak bisa kita lakukan lagi. Di hari ketika segala upaya kita akan dinilai. Di hari pembuktian apakah Allah ridha dan berkenan dengan apa yang telah kita persembahkan pada-Nya selama hidup kita.

Hanya itu yang sebenarnya menjadi sasaran seluruh hidup kita. Hanya itu.

Thursday, February 17, 2011

Tips Sukses Menghafal Al Qur'an dengan Benar

Pada tulisan saya sebelumnya, saya menjelaskan bahwa menghafalkan Al Qur’an dapat dilakukan dengan mempersering mendengarkan murratal (rekaman bacaan Al Qur’an).

Namun, setelah saya belajar menghafal Al Qur’an secara serius dengan seorang guru, metode yang saya sebutkan itu ternyata tidak terlalu tepat.

Memang baik kita sering mendengarkan murratal, namun hal itu jangan dijadikan sarana utama.
Jika kita ingin menghafalkan dengan benar, yang pertama adalah kita harus tahu pasti bacaan Al Qur’an tersebut secara benar, dari membaca Al Qur’an langsung. Bacaan tersebut kita baca berulang-ulang, sampai akhirnya lisan dan mata terlatih dan hafal, baru kita beranjak ke ayat lain dan mengulangnya lagi. Murratal hanya digunakan untuk memperlancar, jika kita memang sudah menghafalkan sebelumnya.

Selain itu ada beberapa tips sukses menghafal Al Qur’an dari Cak Amin, guru saya :

Pertama, untuk ayat-ayat yang pendek (seperti pada surat di juz-juz akhir), hafalkan dengan menggabungkan 4-5 sekaligus, sampai sekitar 1.5 – 2 baris.
Tujuannya, agar tidak sulit dalam merangkaikan ayat-ayat yang pendek tersebut.

Kedua, carilah waktu khusus setiap harinya untuk menghafal Al Qur’an, yang diupayakan rutin, selama 1 jam, atau minimal 20 menit. Bisa pagi hari sebelum atau setelah subuh, atau sore hari menjelang atau setelah maghrib. Jangan meletakkan jadwal menghafal di tengah-tengah waktu yang sulit kita kendalikan, misalnya di jam kantor, di antara pekerjaan rumah, dll.

Ketiga, jika belum benar-benar hafal dalam satu ”rangkaian” hafalan, sekitar 1.5 - 2 baris, jangan dulu berpindah ke hafalan baru. Lisan dan pendengaran harus benar-benar ”otomatis” membaca dengan benar semua huruf dan semua harakat panjang pendek.

Keempat, niat dengan sungguh-sungguh untuk menghafal Al Qur’an, insya Allah akan Allah mudahkan. Jangan pernah berpikir bahwa menghafal Al Qur’an adalah hal yang sulit, karena pikiran kita akan menjadi doa yang mendorong terwujudnya kenyataannya.

Kelima, gunakan hanya satu Al Qur'an untuk menghafal, karena posisi huruf, kata, dan ayat sangat membantu mengingat. Pada Al Qur'an tersebut boleh ditandai pada tempat-tempat yang kita sering melakukan kesalahan, karena biasanya hal itu akan berulang.

Keenam, hindari perbuatan dosa, karena Al Qur'an mudah dihafal bagi orang yang soleh.

Ketujuh, bagi perempuan yang berhalangan, tetap dapat menghafal Al Qur'an, karena termasuk dalam kondisi belajar.

Sementara demikian tulisan kali ini, semoga bermanfaat :-)

Ketika Musim Madu Tiba (Bagian 4 dari 4 Tulisan)

Ketujuh, masalah populasi penduduk.

Sensus penduduk menyatakan bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dan kabarnya, memang jumlahnya itu sekitar 4 : 1.

Kalau kita lihat di sekitar, makin banyak perempuan-perempuan yang masih melajang di usia 30, 40, bahkan 50 tahun, bahkan sampai akhir hidupnya.

Setiap 1 suami kita, sebenarnya ada 3 perempuan lain, yang sebenarnya berhak juga atas suami kita itu. Alangkah kasihannya 3 perempuan lain itu, yang sebenarnya bisa jadi istri dari suami kita, tapi harus hidup melajang seumur hidupnya, hanya karena kita tidak mau berbagi.

Kedelapan, mari berpikir rasional.

Saya mungkin termasuk jenis perempuan yang terlalu rasional, sehingga tidak terlalu memikirkan masalah perasaan. Hehe, untuk masalah perasaan pun saya gunakan kata “memikirkan”.

Menurut saya, seharusnya kita jangan terlalu ”mengutamakan” perasaan. Perasaan harus bisa kita kendalikan. Bahagia dan sedih sebenarnya tinggal kita mengatur harapan dan persepsi. Jika kita turunkan harapan dan ubah persepsi, hidup kita bisa kita buat agar senantiasa bahagia.

Mungkin sebagian akan berkata, bicara saja sih gampang, coba jalani sendiri, bisa nggak? :-)

Ya, memang saya belum menjalani, maka seperti yang saya sampaikan di awal, ini adalah prinsip saya, dan saya berharap Allah senantiasa memberikan bimbingan dan perlindungan-Nya kepada kita semua.

Terakhir berikut dua tanya jawab fikih berkaitan dengan poligami, sesuai dengan yang disampaikan Ibu Ustadzah Herlini Amran di pengajian kantor saya beberapa waktu yang lalu.

Tanya :
Apakah suami yang akan menikah lagi harus minta izin kepada istri pertamanya.

Jawab :
Secara hukum, tidak perlu. Tanpa suami minta izin pun, pernikahan tersebut sah. Jika suami minta izin, lalu istri tidak mengizinkan, pernikahan tersebut sah.
Dalam hal ini lebih kepada masalah hubungan kemanusiaan, hubungan sosial, bahwa lebih baik jika istri pertama mengetahui ketika suaminya akan menikah lagi.

Tanya :
Apakah boleh istri meminta cerai ketika suaminya menikah lagi?

Jawab :
Tidak boleh. Suami menikah lagi tidak bisa menjadi alasan seorang istri untuk meminta cerai. Yang dibolehkan adalah meminta cerai jika suami terbukti menelantarkan, menzhalimi.

Demikian tulisan kali ini, semoga bermanfaat :-)

Ketika Musim Madu Tiba (Bagian 3 dari 4 Tulisan)

Keempat, prinsip cinta dalam hidup.

Seharusnya kita punya urutan prioritas cinta dalam hidup, agar kita dapat hidup secara terarah, dan semua tujuan hidup tercapai sesuai peruntukannya.

Yang ideal, urutan cinta itu adalah pertama Allah, kedua Rasulullah, ketiga baru suami. Baru selanjutnya anak dan orang tua. Baru setelah itu hal-hal lain, seperti hobi saya berkebun misalnya :-)

Jika kita sudah letakkan Allah di urutan pertama, maka apa pun ketetapan Allah atas orang-orang yang kita cintai di level berikutnya akan kita terima dengan lapang dada.

Kelima, keyakinan bahwa Allah Maha Adil.

Beberapa yang kurang setuju dengan poligami biasanya mengungkapkan kasus-kasus di mana ada suami yang benar-benar berlaku tidak adil, dan menyengsarakan istri pertama dan anak-anaknya.

Saya tidak memungkiri bahwa hal ini memang kerap terjadi. Dan saya sangat tidak setuju jika poligami terjadi dengan kondisi seperti ini. Dan saya sangat sedih membayangkan istri pertama yang diperlakukan demikian.

Namun, saya yakin Allah pasti berlaku adil. Andaikata nanti Allah mentakdirkan suami saya menikah lagi, saya yakin dia akan berlaku adil dan tidak menelantarkan kami. Kalaulah ternyata nanti suami saya khilaf, lalu berlaku buruk, maka saya yakin Allah akan membantu saya menjalani itu semua dengan baik.

Keenam, mari kita melihat ke sisi positifnya :-)

Haah? Dimadu ada sisi positifnya? Seharusnya ada. Kalau tidak, tentunya tidak ada kisah poligami yang berjalan mulus, yang pada kenyataannya ada.

Dengan adanya istri kedua, kita jadi punya ”partner” dalam berinteraksi dengan suami kita. Sebagian mungkin akan segera menyergah ”Please deh, saya nggak perlu partner untuk hal itu, saya bisa kerjakan sendiri semua dengan baik!”

Hehe, silakan jika berpikir demikian. Namun sebenarnya, jika ada partner, kita bisa mendiskusikan berbagai hal, sehingga ditemukan berbagai solusi terbaik untuk berinteraksi dengan suami. Kita bisa berbagi tugas, berbagi pengalaman dalam mengurus rumah tangga, mengurus anak. Sepertinya cukup menyenangkan ya?

Dalam hal ini mungkin ada juga kasus-kasus buruk, ketika istri kedua memang memiliki maksud buruk, seperti misalnya menguasai seluruh harta suami.

Sekali lagi, saya tidak memungkiri bahwa hal ini memang kerap terjadi. Dan saya sangat tidak setuju jika poligami terjadi dengan kondisi seperti ini. Dan saya sangat sedih membayangkan ada istri kedua yang tega berlaku demikian.

Namun, saya berharap Allah berlaku adil. Andaikata nanti Allah mentakdirkan suami saya menikah lagi, semoga dia mendapatkan istri kedua yang baik. Kalaulah ternyata istri kedua itu buruk, maka saya yakin Allah akan membantu kami semua menjalani itu semua dengan baik.

Sementara sampai di sini dulu, bersambung ke tulisan berikutnya.

Ketika Musim Madu Tiba (Bagian 2 dari 4 Tulisan)

Kita masuk ke pembahasan tentang masalah adil.

Ada ayat dalam Al Qur’an yaitu pada surat An Nisa 129 yang menyatakan bahwa ”Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup berlaku adil di antara istri-istri kamu walaupun kamu sangat ingin berlaku demikian”.

Sebagian orang memaknai bahwa ayat ini ”bertentangan” dengan ayat 21 tadi, sehingga mereka menganggap bahwa Al Qur’an sendiri menentang poligami.

Namun, dari yang saya dengar tentang tafsir atas kedua ayat itu, terminologi adil dalam dua ayat tersebut sedikit berbeda.
Adil pada ayat 4, merujuk kepada adil secara fisik. Dalam hal ini adalah masalah pembagian harta dan waktu. Sehingga dalam hal ini, adil sangat bisa dihitung, dikuantifikasi, ditetapkan. Walaupun lebih jauh lagi, untuk masalah harta, bisa ada perbedaan pendapat apakah harus sama persis atau proporsional. Tetapi hal ini juga bisa disepakati.

Sedangkan adil pada ayat 129, merujuk kepada adil dalam hati. Dalam hal ini memang sangat sulit untuk dilakukan, karena kecenderungan hati adalah hal yang sering kali sulit untuk dikendalikan.

Kedua, yaitu adanya janji surga bagi perempuan yang bersedia dimadu.

Saya masih mencoba mencari, apakah ada landasan yang sahih untuk pernyataan ini.

Namun, jika hal ini benar, maka ini adalah kesempatan emas yang sangat sayang untuk disia-siakan. Bagaimana tidak. Dengan berbagai amal yang sudah kita lakukan, kita sama sekali tidak tahu pasti, apakah Allah meridhoinya, dan akan memasukkan kita ke surga-Nya.

”Hanya” dengan merelakan suami kita menikah lagi, kita diberikan surga. Surga abadi, sampai akhir zaman. Apalah artinya dimadu ”sebentar” di dunia, dibandingkan dengan indahnya surga yang abadi. Dan bisa jadi, kehidupan dimadu itu tidak separah yang kita bayangkan.

Ketiga, berkaitan dengan prinsip kepemilikan.

Harus kita yakini bahwa segala sesuatu yang Allah berikan pada kita adalah sekedar titipan. Bukan benar-benar milik kita. Apa yang menjadi milik kita di satu waktu adalah baju yang kita pakai, makanan yang telah kita makan, dan tempat kita bernaung saat itu. (Saya harus cek lagi, landasan dari pernyataan ini).

Kapan pun kita harus siap jika ”milik” kita itu diambil oleh Allah. Kalau diambil saja siap, harusnya sekedar ”dibagi” ataupun ”dipinjam”, kita juga siap. Kalau untuk barang kita siap, harusnya untuk makhluk ”suami” pun kita siap.

Sementara sampai di sini dulu, bersambung ke tulisan berikutnya.

Ketika Musim Madu Tiba (Bagian 1 dari 4 Tulisan)

Sejak sebelum menikah, saya berprinsip bahwa saya bersedia jika suami saya akan menikah lagi. Sampai sekarang setelah saya menikah, saya masih memiliki prinsip yang sama.

Bagi kebanyakan perempuan, prinsip saya ini mungkin dirasa sangat tidak masuk akal, aneh, lebay, sok tau bahkan mustahil. Hehe, silakan kalau ibu-ibu berpikiran demikian, saya tidak dalam posisi memaksa atau mengharuskan ibu-ibu mengikuti prinsip saya. Mungkin memang saya aneh, lebay, sok tau, sok jago :-)

Tapi kalau boleh, saya akan coba jelaskan kenapa saya punya prinsip seperti itu. Baru saja kemarin saya baru saja terlibat obrolan dengan teman-teman kuliah dan mereka menanyakan lagi prinsip saya ini dan saya jadi tergerak untuk membuat tulisan ini.

Di akhir saya coba tambahkan tentang fikih berkaitan dengan poligami, yang saya dapatkan dari ustadzah di kantor pada pengajian beberapa waktu yang lalu.

Oya, sekali lagi, ini adalah prinsip dan teori yang saya usahakan agar menjadi keyakinan saya di dalam hati. Saya sama sekali belum pernah menjalani kehidupan poligami, baik sebagai istri maupun sebagai anak. Sehingga jika ada pengalaman dari ibu-ibu sekalian yang bisa memperkaya tulisan ini, tentunya akan sangat bermanfaat.

Kita mulai ya.
Paling tidak ada 8 hal yang menyebabkan saya siap untuk dimadu.

Pertama, masalah poligami ada di dalam Al Qur’an.

Mungkin sudah banyak yang hafal juga ya suratnya, yaitu An Nisa ayat 4.
Dalam ayat itu Allah memperbolehkan laki-laki untuk memiliki istri 2, 3, bahkan 4. Tetapi jika dirasa tidak mampu untuk berlaku adil, maka Allah perintahkan untuk menikah dengan 1 orang wanita saja.

Mengenai adil, nanti saya bahas belakangan ya :-)

Apa pun yang ditulis dalam Al Qur’an sebenarnya merupakan kebenaran yang pasti, yang harus kita ikuti. Kita dengar, kita ikuti, sami’na wa atho’na. Bagaimana tidak. Al Qur’an dibuat oleh Dia yang membuat kita. Al Qur’an adalah “manual book” untuk “pengoperasian” kita. Apa yang diaturkan Allah di sana pastilah memang sudah sesuai dengan “kapasitas” kita.

Lebih spesifik pada masalah poligami, jika Allah tuliskan laki-laki boleh menikah 2, 3, atau 4, maka ”semestinya” memang akan ada laki-laki yang merasa perlu, atau berpotensi, atau harus menikah dengan 2, atau 3, atau 4 perempuan. Dan di sisi lain, ”semestinya” ada perempuan yang bersedia suaminya menikah lagi, menjadi istri ke-2, ke-3, atau ke-4.

Sementara di sini dulu, disambung lagi ke tulisan berikutnya ya..

Tuesday, January 11, 2011

Tafsir Surat Al Qalam

Hari ini dari pengajian Dzuhur bersama Ust. Amir Faisol Fath, tentang Tafsir Surat Al Qalam.

Seperti biasa mohon maaf, saya tidak hadir dari awal, dan pulang sebelum ceramah selesai :-)

Dalam surat Al Qalam diceritakan tentang suami istri salih pemilik kebun buah-buahan. Setiap waktu panen tiba, suami istri tersebut tidak pernah memetik buah-buahan dari kebunnya, sebelum memanggil semua orang miskin dan meminta mereka mengambil sesuai dengan hak mereka.

Sampai akhirnya sang Ayah meninggal. Anak-anak yang ditinggalkan mulai mempertanyakan kebiasaan Ayah mereka. Menurut mereka, dengan cara itu, bisa saja mereka menjadi tidak mendapat bagian.

Maka mereka pun membuat rencana, untuk memanen dulu buah-buahan di kebun, sebelum orang-orang miskin datang.

Di malam hari mereka bersepakat, untuk bangun sepagi mungkin. Mereka berharap agar mendapat kekayaan yang lebih banyak. Mereka melakukan ini tanpa istisna, tanpa menyebut ”Insya Allah”.

Hikmah 1 :
Jika kita bertekad dalam urusan apa pun, ingatlah untuk menyebut Insya Allah

Hikmah 2 :
Kepada orang yang berniat jahat, ditambah dengan terlalu yakin akan terjadinya sesuatu, Allah akan marah.

Maka, Allah menurunkan api ke kebun tersebut, api yang mengelilingi kebun itu. Sebuah api yg ganas, langsung datang dari Allah SWT. Api itu berputar membakar seluruh kebun, hingga tidak tersisa sama sekali.

Ust. Faisol pernah berkunjung ke San'a. Di sanalah kebun itu berada, yaitu Ardhul Jannatain, atau Kampung 2 Kebun. Di sana terlihat satu kampung yang seluruhnya berupa arang, dengan ada patahan kayu hangus. Tidak ada rumah sama sekali.

Di tempat itu pernah dilakukan penelitian oleh arkeolog, dan ditemukan bukti-bukti bahwa tempat itu pernah terbakar, ratusan tahun yang lalu.
Rasulullah bersabda kalau di tempat yang diturunkan azab, agar jangan lama-lama berdiam, segeralah pergi. Maka sampe sekarang tidak ada yang tinggal di kampung itu.

Kembali ke tafsir surat Al Qalam.

Kampung itu menjadi hitam legam seperti malam gelap gulita
Hal itu terjadi di waktu itu mereka semua sedang tidur.

Di pagi hari mereka bangun, saling memanggil.
”Ayo berangkat pagi-pagi, kita akan memetik buah.”
Mereka pun berangkat, sambil bersembunyi, membungkukkan kepala, berbisik, agar tidak sampai diketahui orang sekitarnya. Agar orang miskin tidak datang ke sana.

Mereka datang dengan keyakinan bisa memetik buah itu.

Hikmah 3 :
Setiap jiwa yang jahat selalu bersemangat, penuh keyakinan. Dan biasanya untuk mendapatkan kebaikan, orang jarang bersemangat.

Ketika mereka sampai dan melihat kebunnya. Mereka berkata, ”Kami sesat, salah jalan, ini bukan kebun kita.”
Kemudian salah satu dari mereka mencoba melihat, dan akhirnya sadar bahwa itu kebun mereka. ”Benar ini kebun kita, tapi kami sudah tidak kebagian”

Hikmah 4 :
Niat jahat jika sudah sampai menjadi tekad, sekalipun tidak tercapai, dosanya sama dengan kejahatan itu, dan Allah dapat langsung memberi azab.
Jika kita berniat buruk, tetaapi dibatalkan, tidak akan dicatat sebagai keburukan.
Jika kita berniat buruk lalu batal tetapi bukan karena kehendak kita, maka tetap dicatat sebagai melakukan kejahatan.

Kemudian, salah satu dari mereka yang paling baik, yang sebenarnya pada malam sebelumnya sudah mengingatkan untuk jangan melakukan hal itu, berkata, ”Bukankah sudah kuperingatkan, jangan lakukan itu, dan ucapkan tasbih.” Maka seketika mereka pun bertasbih.

Hikmah 5 :
Jika kita melihat nikmat, ucapkan tasbih.
Jika kita berdosa, segera bertasbih.

Seperti ketika Nabi Yunus masuk ke dalam perut ikan. Beliau bertasbih, sehingga terdengar oleh malaikat, maka Allah pun mengeluarkan beliau dari perut ikan.

Demikian kajian dzuhur kali ini, semoga bermanfaat :-)

Blackberry-ku Untuk-Mu

Beberapa hari terakhir ini sedang ramai pembahasan rencana blokir RIM dan Blackberry oleh Menkominfo, beserta serentetan pro kontranya.

Saya tidak akan membahas pemblokiran itu :-)

Blackberry sekarang sudah seperti jadi “daging tumbuh” yang selalu kita bawa ke mana-mana. Bahkan ke toilet pun ada sebagian (besar) orang yang membawanya :-)
Nah, alangkah indahnya kalau Blackberry yang selalu kita bawa itu bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

1. Install Al Qur’an.
Link-nya http://www.guidedways.com/mobile/uquran/mobile_quran_reciter.php
Sebaiknya tidak ada hari tanpa membaca Al Qur’an. Maka, dengan adanya Al Qur’an di Blackberry, kita bisa baca Al Qur’an kapan saja dan di mana saja. Bagi yang sedang menghafalkan Al Qur’an, aplikasi ini juga sangat membantu. Walaupun letaknya tidak sama dengan Al Qur’an pojok, tetapi bisa dimanfaatkan untuk mengingat di saat kita memerlukan.

2. MP3 Murratal Al Qur’an.
Agar telinga kita terbiasa dengan Al Qur’an, dengan MP3 Murratal Al Qur’an ini, kita bisa sering-sering mendengar murratal Al Qur’an, yang insya Allah juga sangat membantu untuk yang menghafal.

3. Aplikasi pengingat waktu shalat.
Saya sendiri nggak pasang aplikasi ini, nggak muat memorinya :-)
Akhirnya saya hanya save saja link bookmark waktu adzan, yang bagus sekali, selalu di-update : http://www.pkpu.or.id/adzan.lite.php?id=83

4. Twitter. Tapi kita harus pilih orang yang kita follow, agar kita hanya mengikuti tweet yang bermanfaat. Facebook, saya tidak install, karena facebook lebih banyak untuk ngobrol-ngobrol ngalor ngidul, yang bisa kita lakukan kapan-kapan via web.

5. Alarm dan reminder untuk berbagai target dan rencana kita. Misalnya, rencana untuk menghafal Al Qur’an, membaca doa pagi dan sore, rencana untuk puasa sunnah, dan alarm untuk bangun pagi.

6. Mencatat muhasabah diri.
Setiap hari kita bisa catat apa saja amalan rutin yang kita sudah kita lakukan setiap hari, dan melakukan evaluasi perbaikannya.

7. Mencatat ceramah yang kita hadiri.
Kadang kita hadir ke pengajian, tetapi lupa tidak membawa catatan, padahal materinya sangat bagus. Dengan Note di Blackberry, kita bisa langsung catat, dan nantinya bisa segera di-copy paste ke email, blog, dan sebagainya.

Subhanallah, sebenarnya banyak sekali manfaat dari Blackberry untuk mendekatkan diri pada Allah yaa.. Semoga kita bisa mengoptimalkannya dan dijauhkan dari penggunaan yang sia-sia.. :-)

Monday, January 10, 2011

Keutamaan Menghafal Al Qur'an

Tulisan ini saya copy paste dari http://jalandakwahbersama.wordpress.com/
Mohon izinnya ya ukhti.. :-)

Alangkah indahnya hidup kita, bila kita tidak hanya sekedar bisa membaca Al Quran, tetapi juga menghafalnya dan mengamalkannya. Banyak hadits Rasulullah Saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur’an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah Swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh (HR. Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Sawbersabda: “Penghafal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits shahih).

Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur’an (Keutamaan menghafal Qur’an) :

1. Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”" (HR. Muslim)

2. Nabi Saw memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i).

3. Nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim)

4. Seorang hafizh Al Qur’an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (Penghargaan khusus dari Nabi Saw). Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an

5. Rasul mendahulukan pemakamannya. “Adalah Nabi mengumpulkan diantara orang syuhada uhud, kemudian beliau bersabda, :Manakah diantara keduanya yang lebih banyak hafal Al Quran, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliu mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)

6. Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)

7. Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (HR. Al-Hakim)

8. “Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun alaih)

9. Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

10. Kepada hafizh Al Qur’an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah. Rasulullah SAW bersabda, “Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim)

11. “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At Turmudzi).

12. Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur’an, “Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ‘Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat’” (HR. Bukhari)

Subhanallah begitu banyaknya hikmah menghafal Al Qur'an. Mari kita mulai, semoga Allah memudahkan.. Aamiin..

Al Qur'an Hafalan

Sekedar informasi, mungkin ada yang penasaran dan siapa tahu berminat. Saya nggak jual produknya, silakan dicari di toko buku terdekat :-)

Beberapa hari yang lalu saya beli Al Qur’an Hafalan, dari Penerbit Al Mahira.

Insya Allah (katanya) sangat membantu untuk menghafal. Setiap awal ayat font-nya warna merah. Dan di sampingnya ada "contekan" awal ayat.

Berikut fotonya yaa..

Harganya murah, Rp 75rb, Insya Allah sangat murah sebagai investasi akhirat.. :-)

Sebenarnya, untuk menghafalkan Al Qur’an, tidak perlu Al Qur’an khusus. Berikut beberapa ”syarat” Al Qur’an untuk menghafal, seperti yang diinfokan oleh teman saya, sebagaimana disampaikan oleh guru tahfizh kami, Cak Amin.

1. Menggunakan 1 Al Qur’an tetap, tidak berganti-ganti, untuk memudahkan kita mengingat letak-letak ayatnya. Jadi sebaiknya kita punya Qur’an khusus untuk menghafal.

2. Ukurannya tidak terlalu besar sehingga bisa dibawa ke mana-mana.

3. Al Qur-an sebaiknya Al Qur’an pojok yang letak-letak ayatnya sudah standar di seluruh dunia. Ayat selalu berawal di awal halaman dan berakhir di akhir halaman. Silakan dicek di Al Qur’an nya masing-masing. Setelah surat Al Fatihah, halaman berikutnya adalah surat Al Baqarah ayat 1-5, halaman berikutnya Al Baqarah ayat 6-16, halaman berikutnya lagi ayat 17 – 24. Jika susunannya demikian, berarti Al Qur’an pojok. Penerbitnya bisa apa saja, bisa berwarna ataupun tidak.

Jika kita bandingkan ”persyaratan” ini Al Qur’an Hafalan tadi, maka berikut ini analisisnya :

1. Dengan punya Al Qur'an Hafalan, kita jadi punya 1 Al Qur’an khusus untuk menghafal. Di mana untuk letak-letak ayat, telah dibantu dengan warna merah pada awal ayat plus contekan di pinggir. Secara visual, kita akan semakin terbantu dalam menghafal.

2. Ukuran Al Qur'an Hafalan ini standar, sama besar dengan Al Qur'an terjemah yang warna merah marun, sekitar 15 x 20 cm. Tapi memang masih "agak besar" untuk dibawa ke mana-mana. Perlu tas khusus supaya tidak terlalu menyolok :-)

3. Formatnya Al Qur'an pojok. Dengan ayat Al Baqarah 1-5, 6-16, dan 17-24, dst.

Silakan dipertimbangkan, semoga Allah memudahkan kita dalam menghafal Al Qur’an, dengan Al Qur’an manapun yang menjadi pilihan kita.

Kapan Kita Akan Selesai Menghafal Al Qur’an?

Dari Al Qur’an Hafalan yang beberapa hari yang lalu saya beli, ada tabel yang menjelaskan berapa waktu yang dibutuhkan untuk kita menghafal Al Qur’an.

Rasanya, tabel ini sangat bermanfaat untuk kita membuat target menghafal Al Qur’an.
Dengan adanya target kita akan lebih termotivasi. Dengan adanya target, tujuan menjadi lebih kongkrit. Dengan adanya target, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk mencapainya.

Pada Al Qur’an Hafalan tersebut, yang dicantumkan adalah jumlah ayat / lembar per hari, dan waktu yang dibutuhkan untuk menghafal Al Qur’an sesuai dengan jumlah ayat / lembar tersebut.

Pada tabel ini, saya tambahkan dengan kolom perkiraan tanggal selesainya, jika kita mulai menghafal di hari ini, 11 Januari 2011, dari ayat pertama.

Berhubung di sini tidak bisa mencantumkan tabel, maka saya buat jadi pointers.

A. 1 Ayat Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 17 Tahun 7 Bulan 9 Hari
Perkiraan Selesai : 20 Agustus 2028

B. 5 Ayat Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 3 Tahun 6 Bulan 7 Hari
Perkiraan Selesai : 18 Juli 2014

C. 10 Ayat Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 1 Tahun 9 Bulan 3 Hari
Perkiraan Selesai : 14 Oktober 2012

Karena ayat Al Qur’an ada yang pendek (1/3 baris) dan ada juga yang panjang (1 halaman), sepertinya lebih mudah jika hafalan dilakukan dengan target per halaman.

Berikut perkiraan selesainya.

A. ½ Halaman Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 3 Tahun 4 Bulan 24 Hari
Perkiraan Selesai : 4 Juni 2014

B. 1 Halaman Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 1 Tahun 8 Bulan 12 Hari
Perkiraan Selesai : 23 September 2012

C. 2 Halaman Per Hari
Jumlah Waktu yang Dibutuhkan : 10 Bulan 6 Hari
Perkiraan Selesai : 17 November 2011

1 Halaman Al Qur’an pojok itu ada 15 baris, sehingga ½ halaman berarti ada 7 atau 8 baris.

Bagaimana jika 1/3 halaman? Saya ingin sekali buat perkiraan waktunya, tapi sementarai masih belum ketemu cara hitungnya :-)

Maka, sementara demikian dulu tulisan kali ini.
Yang mana yang akan jadi target Anda?
Selamat memilih, berkomitmen, dan berhasil mencapai targetnya. Semoga Allah memberikan kemudahan. Bismillahirrahmanirrahiim.. :-)

1779-2008-2028

Wah angka apa ya itu?

Nomor telepon? Kode areanya aneh.
Nomor kartu kredit? Kurang 4 digit.
Nomor rekening bank? Biasanya 10 digit.

Hehehe.. Ini memang angka yang baru saja saya buat :-)
Sementara kita lupakan dulu angkanya deh ya.

Sebenarnya saya mau cerita tentang menghafal Al Qur'an.

Sebagian besar orang sering menganggap bahwa menghafal Al Qur'an itu sulit. Apa lagi untuk orang2 "estewe" seperti saya. Padahal, telah terbukti pada banyak orang yang berhasil menghafalkan Al Qur'an. Kalau mereka bisa, seharusnya kita juga bisa.

Coba kita bandingkan dengan teks lagu. Selama setahun terakhir, berapa baris teks lagu baru yang dengan mudah kita ingat di luar kepala? Mungkin kita akan bilang, "Yah jangan dibandingkan sama teks lagu dong. Teks lagu kan gampang banget. Ada irama dan nadanya, kata-katanya kita ngerti, lagian sering banget kedengerannya. Gak dihafalin juga hafal sendiri."

Apa Anda setuju dengan pernyataan itu?

Kalau setuju, sebenarnya kita bisa "menyiasati" menghafal Al Qur'an dengan metode menghafal lagu.

Ada 3 poin yang bisa diterapkan, saya coba urutkan sebagai berikut :
1. Sering mendengar
2. Ada irama dan nada
3. Mengerti artinya

Dan satu poin yang terpenting adalah, motivasi dan niat sungguh-sungguh. Untuk hal ini sepertinya perlu tulisan tersendiri.

Untuk kali ini, kita langsung ke to do list saja ya, supaya bisa langsung diimplementasikan.

Pertama, cari MP3 bacaan Al Qur'an

Pilih yang kita suka dengan irama dan nadanya. Beberapa yang bisa dipilih :

a. Saad Al Ghamidy, Imam Masjid Kanoo, Dammam, Saudi Arabia
http://en.wikipedia.org/wiki/Saad_Al-Ghamidi

b. Al Minsyawi, penghafal Al Qur'an dari Mesir
http://en.wikipedia.org/wiki/Sheikh_Mohamed_Siddiq_El-Minshawi

c. Sudais - Suraim, Imam Masjidil Haram
http://en.wikipedia.org/wiki/Abdul_Rahman_Al-Sudais
http://en.wikipedia.org/wiki/Saud_Al-Shuraim

MP3 ini banyak dijual di toko-toko buku Islam, di masjid-masjid, atau bisa juga download di internet. Kalau mau saya punya juga kopinya, untuk Al Ghamidy dan Al Minsyawi. Silakan email saya kalau mau dikirim :-)

Kedua, setel MP3 itu sesering mungkin.

Kalau Anda bekerja, setel di komputer Anda.
Kalau Anda sering berkendara, setel di tape mobil Anda.
Kalau Anda sering main HP, setel dari HP Anda.

Ketiga, baca juga di Al Qur'an-nya.

Berbeda dengan lagu yang kita sudah mengetahui kata-katanya, untuk Al Qur'an kita harus membacanya di Al Qur'an agar kita mengetahui dengan benar dan pasti setiap bacaannya. Hal ini tidak perlu dilakukan setiap waktu. Cukup sekali-sekali. Bisa dirutinkan tiap pagi setelah shalat subuh, atau malam setelah shalat Isya. Lebih baik lagi jika kita selalu bawa Al Qur'an, supaya bisa langsung baca jika ada kata-kata yang kita ingin pastikan.

Keempat, baca juga artinya.

Sebenarnya Al Qur'an bisa dihafal tanpa kita mengerti artinya (Ada sebuah kisah yang sangat bagus tentang ini, akan saya share di tulisan yang lain ya). Namun, jika kita mengetahui artinya, akan lebih mudah bagi kita untuk merangkaikan kata demi kata dan ayat demi ayat, ketika menghafalkan Al Qur'an.

Secara keseluruhan, seluruh proses ini dapat dilakukan secara mandiri. Walaupun akan lebih baik lagi jika kita punya guru, yang bisa mengecek bacaan kita.

Bagaimana, mudah kan?

Lalu, apa hubungannya cerita ini dengan angka di atas?

Itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghafal Al Qur'an. Maksudnya?

Saya kemarin baru saja membeli Al Qur'an hafalan. Di sana dituliskan bahwa jika kita menghafal 1 ayat saja dalam sehari, maka kita akan selesai menghafalkan Al Qur'an dalam waktu 17 tahun 7 bulan 9 hari (1779). Jika kita mulai menghafal di hari ini, 11 Januari 2011, maka insya Allah kita akan selesai menghafalkan seluruh Al Qur'an pada tanggal 20 Agustus 2028 (2008-2028). Dari sinilah muncul angka itu. 1779-2008-2028.

Kita pasti sudah hafal Al Fatihah, dan beberapa surat pendek. Maka, insya Allah kita bisa selesaikan lebih cepat dari itu.

Bagaimana, siap untuk memulai? Yuuuuk.. :-)